Nasi jadi bubur, keputusan pemerintah membolehkan orang pulang tahun ini juga menjadi salah satu hal yang disesali Roy Noverson Girsang. Karena sekarang dia harus bekerja sebagai penjual tiket. Tiket bus menawarkan penjemputan bola di Terminal Kampung Rambutan.
Bukan tanpa alasan pria berusia 22 tahun itu mengungkapkan penyesalannya, karena dua tahun lalu ia bekerja sebagai sopir bus lintas Sumatera. Ia harus siap menelan pil pahit saat pandemi Covid-19 mulai merebak di Indonesia pada awal Maret 2020.
Berjalan-jalan di sepanjang halaman terminal bus di luar kota, Roy, demikian ia biasa disapa, berbagi keluh kesahnya saat memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai sopir. Karena larangan perjalanan jarak jauh membuatnya mengerutkan kening dan tidak ada penghasilan.
“Dulu saya sopir, tapi pergi. Orang tidak punya penghasilan. Bagaimana kami harus menjalani hidup. Makanya saya pergi,” kata Roy saat ditemui, Kamis (28 April).
Meskipun keputusannya untuk pergi saat itu adalah keputusan yang baik, hanya untuk kemudian mencari beberapa pekerjaan lain untuk menemukan ladang rupiah yang digunakan untuk tinggal di ibu kota.
Bus akhirnya pada awal 2022 Roy ditawari pekerjaan di terminal lagi, tapi bukan sebagai sopir. Sebagai official seller salah satu PO Armada Bus yang berperan menjual tiket kereta api kepada penumpang yang ingin bepergian misalnya.
Cerita Roy tiba-tiba terputus ketika refleksnya menanyakan arah lagi kepada setiap orang yang kembali yang berjalan ke pintu masuk rute keluar kota. Meski beraksen Medan kasar dan tangan bertato, keramahannya tetap terlihat meski hanya menggelengkan kepala.
Ayo Bu, mau kemana?” tanya Roy mengikuti langkah penumpang.